Banyak ragam tontonan di Bandung tempo doeloe, mulai dari sandiwara, semi opera, kesenian atau yang bersifat adu ketangkasan.
Gedung kesenian tradisional berupa sandiwara (Sunda atau Jawa), seni tari, atau wayang, antara lain Yayasan Pusat Kesenian YPK (Naripan), Sri Moerni, Sri Waloejo, Sinar Laksana, Sri Soerja (Kosambi), Sinar Baru (Tegallega), Miss Eoeis (Kiaracondong), Soetera (Cibarengkok), Simpajwangi (Babakan Cipari), Sinar Moeda (Jelekong), dan Satija Wangi (Coblong).
Opera Madame Butterfly
Toneelvereinging Braga atau Perkumpulan Tonil Sandiwara Braga didirikan pada tanggal 18 Juni 1882. Perkumpulan ini dipimpin oleh Asisten Residen Priangan, Piter Sitjoff. Tonil Braga disutradarai oleh Jan Fabricius, ayah dari sastrawan terkenal Belanda, Johan Fabricius.
Sebuah grup penghibur yang membawa balon gas pernah mengadakan pertujukan di Bandung Tempo doeloe, walaupun balon gas mereka hanya mampu terbang beberapa saat saja.
Sepeda berhiaskan bunga, peserta Bloemen Corso
Bloemen Corso (Pawai Bunga) merupakan tontonan menarik bagi warga Bandung Tempo Doeloe, yang diadakan pada setiap tahun. Bloemen Corso juga merupakan salah satu bukti bahwa Bandung tempo doeloe layak menyandang julukan Kota Kembang.
Bendi berhiaskan bunga, peserta Bloemen Corso
>next
by : Sudarsono katam /Lulus Abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar