Based on paper by : P.iovanna, M.Settembre, R.Sabella.
Ericsson Lab Italy - Via Anagnina 203 .00040 Roma (Italy)
Abstraksi
Paper ini mendiskusikan suatu pendekatan baru untuk realisasi traffic engineering pada jaringan multi-layer generasi baru berdasarkan paradikma GMPLS. Secara khusus, Traffic Engineering (TE) System yang diusulkan mampu secara dinamis untuk merespon perubahan trafik, sementara itu, pada saat yang sama mampu memenuhi persyaratan QoS untuk kelas servis yang bebeda-beda. Solusi yang diusulkan terdiri atas pendekatan ruting hybrid, berdasarkan pada metode off-line maupun on-line, dan bandwidth management system yang mampu menangani prioritas, mekanisme pendudukan dan re-routing trafik dengan tujuan agar bersama-sama mampu mengakomodasi jumlah trafik terbesar dan memenuhi persyaratan QoS
1. Pendahuluan
Sudah dikenal secara luas bahwa trafik akan selalu didominasi oleh layanan berbasis internet, dibandingkan dengan trafik suara. Hal ini berkat peningkatan adopsi dari teknologi akses kecepatan tinggi dan migrasi dari servis-servis ke IP. Sebagai hasilnya, ada dua hal utama yang sangat penting dalam perkembangan jaringan generasi baru (NGN ) yaitu : jumlah trafik tumbuh dengan cepat dan juga jenis trafiknya berubah.
Konvergensi dari dunia telecom dan datacom kedalam era infocom pun menjadi suatu kenyataan. Infrastruktur baru harus cocok dengan scenario jaringan infocom. Secara praktis hal ini berarti bahwa infrastruktur jaringan harus multi service , yang berarti mampu mendukung beberapa tipe trafik dengan requirement yang berbeda dalam hal QoS (Quality of Service). Karena trafik IP akan mendominasi, infrastruktur jaringan juga harus mendukung karakteristik tersebut. Dua atribut utama yang merupakan ciri dari trafik internet adalah : i) Sifatnya yang self similar, ii) Asimetrik terhadap data flow. Requirement dasar muncul untuk infrastruktur generasi baru : fleksibilitas dan kemampuan untuk bereaksi terhadap perubahan demand terhadap waktu.
Lebih jauh lagi, migrasi dari semua service over IP , termasuk yang real time , memerlukan jaminan QoS untuk sub-set service dibandingkan dengan yang disediakan oleh jaringan berbasis telecom saat ini.
Sebagai hasilnya, beberapa requirement muncul untuk NGN : menyediakan provisioning dengan cepat, menangani fluktuasi dan pertumbuhan trafik, menangani QoS agar sesuai dengan SLA (Service Level Agreements) untuk berbagai jenis trafik dalam hal bandwidth atau delay atau packet loss atau requirement terkait kualitas lainnya, menawarkan kemampuan multi-service.
MPLS menjawab isu tersebut dengan mekanisme traffic engineering yang memungkinkan untuk menggabungkan keuntungan dari fleksibilitas dan performance sebagaimana pada layer 2 dan layer 3. Tantangan bagi NGN muncul dalam hal memperluas fleksibilitas dan efisiensi ke layer lain pada jaringan, seperti SDH/SONET dan WDM, dengan tujuan untuk mempertimbangkan plane non-packet forwarding.
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengajukan solusi innovative, mendeskripsikan building-block dan mode operasi, dan mendiskusikan karakteristiknya.
2. Skenario Jaringan dan Latar Belakang Teknik
Trafik Engineering adalah proses untuk mengatur aliran trafik dalam jaringan untuk mengoptimalkan penggunaan resource dan performansi jaringan. Secara praktis ini berarti memilih rute untuk menangani traffic load, network state, dan user requirement seperti QoS dan bandwidth, dan untuk memindahkan trafik dari path dengan kongesti lebih besar ke path dengan kongesti lebih kecil. Untuk mendapatkan TE dalam kontek Jaringan Internet, IETF (Internet Engineering Task Force ) memperkenalkan MPLS (Multi Protocol Label Switching), constraint based routing dan Enhanced Link State Interior Gateway Protocol (IGP) sebagai sarana kuncinya
2.1 MPLS
Arsitektur MPLS adalah struktur terstandartisasi yang mampu mendukung solusi TE dan fungsionalitas QoS. Ini berdasarkan atas pemisahan antara data plane dan control plane, penggunaan kembali dan perluasan protocol IP yang sudah ada untuk fungsi signaling dan ruting, sementara itu memperkenalkan kembali model connection-oriented dalam kontek protocol IP. Skema MPLS adalah berdasarkan enkapsulasi dari paket IP kedalam paket yang dilabeli yang di forward dalam domain MPLS sepanjang virtual connection yang disebut LSP (Label Switch Path). Ruter MPLS disebut LSR (Label Switch Router) dan LSR pada ingress dan pada engress dari domain MPLS disebut sebagai Edge-LSR (E-LSR). Masing-masing LSP dapat diset pada ingress LSR melalui suatu ordered control, sebelum paket forwarding. LSP tersebut dapat dipaksa untuk mengikuti rute yang dikalkulasi sebelumnya berkat adanya fungsi ruting explicit. Lebih jauh lagi, MPLS memungkinkan untuk memesan resource jaringan pada spesifik path melalui protocol signaling yang sesuai (misal ; RSVP-TE, CR-LDP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar